Total Tayangan Halaman

Rabu, 28 April 2010

'Kisah Tinta' Jurnal GLOBAL pada 1990an (part 1)

           
          Jurnal GLOBAL volume 1 diterbitkan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia pada tahun 1989 dengan mengangkat tema besar yaitu tentang Reformasi China dan Implikasinya terhadap Hubungan Diplomatik dengan Indonesia.
          Menurunnya tensi Perang Dingin akibat reformasi demokratik (glasnost dan perestroika) di Uni Soviet dan perubahan arah kebijakan negara-negara Barat terhadap China telah mendorong terjadinya revitalisasi kebijakan politik luar negeri China menjadi lebih inklusif dan non-ideologis. Saat itu, Indonesia adalah negara terbesar di Asia Tenggara dalam hal pengaruh geopolitis dan ekonomi (yang juga didukung oleh kapasitas territorial dan jumlah penduduk yang terbesar pula) seperti status sebagai salahsatu 'Asian Tigers', sehingga adalah wajar jika China hendak menghangatkan kembali hubungan diplomatiknya dengan Republik Indonesia yang notabene merupakan negara kunci (key country) dalam hal stabilitas politik dan keamanan regional Asia Tenggara.
          Langkah normalisasi hubungan diplomatik antara RI-RRC merupakan suatu momentum perintis bagi terciptanya stabilitas dan kerjasama regional yang lebih besar dari ASEAN pada masa setelah itu yaitu Forum ASEAN+3 yang muncul pada 1997. Langkah normalisasi RI-RRC sebenarnya telah dimulai sejak pertengahan 1980an namun masih dilakukan proses penjajakan dan adaptasi antara otoritas kebijakan luar negeri RI dengan China untuk kembali mengharmonisasikan seluruh aspek dalam hubungan diplomatiknya.
          Selain isu normalisasi hubungan RI-RRC, Jurnal Global edisi perdana juga mengangkat isu pembaharuan (reformation) di China, dimana pada saat itu, merupakan salahsatu fenomena hubungan internasional yang paling disorot dunia internasional. Reformasi China yang dipelopori oleh Deng Xiao Ping sebagai Perdana Menteri sejak 1978 telah mampu mengubah perekonomian nasional China menjadi lebih liberal (mengacu pada sistem pasar) dan semakin terbuka atau berorientasi pada struktur ekonomi internasional terutama bidang perdagangan (ekspor-impor). Industrialisasi yang begitu masif dengan tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata tahunan selalu mencapai diatas 7% telah menjadikan kapasitas ekonomi China semakin signifikan dalam kontestasi pengaruh ekonomi global menjelang abad XXI.
        
Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume perdana:

“Mata Rantai Hubungan Luar Negeri Kita”, Prof.Dr. Juwono Sudarsono.
“Relevansi ‘Perdebatan Antarpendekatan’ dalam Studi Hubungan Internasional”, Zainuddin  Djafar.
“Normalisasi: Langkah Pertama Perjalanan Seribu Li”, A. Dahana.
“Politik Luar Negeri Cina Kini dan Esok”, Hediana Utarti Shambazy.
“Pembaharuan di Cina: Sebuah Tinjauan Ekonomi Politik”, Natalia Soebagio.
Perang Malvinas: Suatu Pandangan Setelah Delapan Tahun”, Dharmawan Ronodipuro.
“Anatomi Gerakan Syi’ah Lebanon”, M. Riza Sihbudi.
“Kebangkitan Revolusi Iran”, (Book Review) M. Riza Sihbudi, Dinamika Revolusi Islam Iran, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1989)
    

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume perdana adalah kosong.







          Jurnal GLOBAL volume 2 diterbitkan pada tahun 1991 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia dengan mengangkat tema besar yaitu Perang Teluk atau Krisis Teluk (Gulf Crisis) yang merupakan perang antar bangsa (inter-state war) yang pertama terjadi setelah berakhirnya Perang Dingin.
          Perang Teluk I (1990-1991) antara Irak dengan Kuwait merupakan indikator kuat bahwa Timur Tengah memang merupakan kawasan geopolitik yang tidak memiliki platform stabilitas regional yang baik dibandingkan kawasan teritorial lainnya. Rezim diktator Irak yang saat itu dipimpin Saddam Husein sedang berupaya untuk menjadi pemimpin regional (regional leader) bagi Timur Tengah namun terhalang egoisme masing-masing negara Arab terutama Mesir dan Arab Saudi, serta Turki yang juga mengincar posisi tersebut. Hal ini diperparah dengan sentimen yang dikeluarkan oleh negara-negara Barat terutama Amerika Serikat yang mencurigai bahwa Saddam Husein mulai mengembangkan senjata pemusnah massal (weapons of mass destruction-WMD) terutama senjata kimiawi. AS yang menjadi negara terdepan dalam ekspansi sistem demokrasi global merasa 'sangat iritasi' terhadap rezim kediktatoran di suatu negara, terlebih lagi jika negara tersebut mengganggu kepentingan nasional AS yang sangat besar dan multidimensional di Timur Tengah baik itu masalah minyak maupun Israel. Inilah mengapa salahsatu judul yang tertera ditulis 'Dari Konflik Irak-Kuwait ke Konflik Irak-AS'.
           Sebagai satu-satunya negara berkembang dengan kepemilikan hak veto Dewan Keamanan PBB (Permanent UN Security Council Member), China tentu merupakan aktor yang sangat potensial menentukan stabilitas keamanan global setelah kompetisi 2 negara adidaya (AS dan Uni Soviet) berakhir. Perang Teluk I dan II telah mendorong China untuk segera merealisasikan perannya sebagai pemimpin bagi dunia berkembang yakni melalui langkah-langkah diplomasi yang dilakukannya.
            Amerika Serikat sebagai external power yang memiliki kontrol utama atas Timur Tengah tentu harus merevisi kebijakan luar negerinya pada saat Perang Teluk berlangsung dan setelah itu. Disisi lain, sebenarnya Perang Teluk telah membuktikan kekurangan AS dalam menjamin stabilitas regional Timur Tengah dan sekaligus menguak tabir egoisme yang terselubung pada negara-negara Arab untuk bertindak 'kanibal' terhadap negara serumpunnya.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume kedua:

  “Small Donor Behavior: From Economic Motive to Diplomatic Manoeuvre”, Indria Samego.
Diplomasi dan Perang”, I Gede Wisura & Fredy Buhama L. Tobing.
“Dari Konflik Irak-Kuwait ke Konflik Irak-AS”, M. Riza Sihbudi.
Diplomasi RRC dalam Perang Teluk II”, Ani Widyani Soetjipto.
“Krisis Teluk dan Politik Luar Negeri AS Pasca Perang Dingin”, Smita Notosusanto.
“Arus Investasi Jepang ke Amerika Serikat”, Haris Munandar.
“Gerakan Perdamaian, Zona Bebas Nuklir dan Militerisasi di Pasifik Selatan: Pengalaman dan Prospek”, M. Abriyanto.
“Wilayah Kajian yang Dilupakan”, Book Review:Gary W. Wyna, The Politics of Latin American Development. (Cambridge University Press,1990) 

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume kedua adalah kosong.






         Jurnal GLOBAL volume 3 diterbitkan pada tahun 1992 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia dengan mengangkat tema besar yaitu disintegrasi total Uni Soviet yang merupakan momentum utama dimulainya sistem hubungan internasional yang baru yaitu unipolar (AS memegang status adikuasa tunggal) dan globalisasi yang menitikberatkan pada hubungan ekonomi dunia.
         Uni Soviet merupakan negara yang terbesar teritorialnya dalam sepanjang sejarah dunia modern, membentang dari barat di Eropa Tengah (Ukraina) hingga timur di Asia Timur Laut (Kepulauan Sakhalin) serta dari utara yakni samudra Arktik hingga selatan di Asia Tengah (Turkmenistan). Uni Soviet adalah negara kolossal yang mampu menguasai benua Eurasia selama hampir 3/4 abad sejak Revolusi Bolshevik 1917 mendirikan United Soviet Socialist Republic (USSR) yang bertahan hingga akhir 1980an. Keruntuhan Uni Soviet sangat berdampak bagi konstelasi hubungan internasional menjelang abad XXI yakni semakin pudarnya ideologi komunisme sebagai opposant bagi demokrasi-liberal, meskipun China masih menerapkan komunisme sebagai sistem politiknya.
           Rusia adalah negara utama pewaris kebesaran Uni Soviet, dimana hak veto dan kepemilikan senjata nuklir menjadi privileges yang dimilikinya. Namun, keburukan performa sistem politik domestik Uni Soviet pun menjadi warisan permasalahan yang tidak mudah diselesaikan bagi Rusia.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume ketiga:

“Runtuhnya Leninisme, Industrialisasi, dan Hegemoni Uni-Soviet”, Hero U. Kuntjoro-Jakti.
“Lithuania dalam Politik Luar Negeri AS-US”, Jusaac Kantjana.
“Rusia dan Problema Integrasi Politik Soviet”, Tri Nuke Pujiastuti.
“Generasi Desembris: Menuju Identitas Rusia Baru”, Singkop Boas Boangmanalu.
“Gerakan etno-Nasional di Bougainville: Krisis yang Tak Kunjung Terpadamkan”, Ikrar Nusa Bhakti.
“Perkembangan Politik di Negara-Negara Pasifik Selatan”, Zulkifli Hamid.
“Mahathir dan Politik Luar Negeri Malaysia”, Alfitra Salamm.
“Perselisihan Dagang AS-Jepang dalam Industri Semikonduktor”, Arif Mujahidin.
“Masyarakat Dunia memasuki Periode Transisi”, Zainuddin Djafar. Book Review: Robert Wesson, International Relations in Transition (New Jersey: Prentice Hall, 1990)

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume ketiga adalah kosong.





          Jurnal GLOBAL volume 4 diterbitkan pada tahun 1993 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia dengan mengangkat tema besar yaitu Gerakan Non-Blok (Non-Aligned Movement), dimana Indonesia dipercaya menjadi Ketua GNB 1992-1993.
          Berakhirnya Perang Dingin (Detente) telah membuat kontestasi ideologis semakin tidak relevan dalam struktur hubungan internasional, dan hal tersebut berimplikasi bagi eksistensi Gerakan Non-Blok sebagai forum multilateral negara berkembang terbesar di dunia. Kondisi struktur hubungan internasional yang dikuasai oleh satu kutub kekuatan saja yaitu negara-negara Barat yang dipimpin Amerika Serikat menjadikan GNB harus mereformasi format visi, misi, dan kebijakan yang dipegangnya selama Perang Dingin.
          Indonesia pada awal 1990an telah dihormati baik oleh negara-negara Barat maupun dunia berkembang sebagai negara yang relatif sukses membangun perekonomian nasionalnya menjadi salahsatu 'negara Macan Asia'. Selain itu, keberhasilan diplomasi regional Indonesia dalam membentuk ASEAN dan menciptakan stabilitas regional Asia Tenggara diakui oleh dunia internasional sebagai perwujudan sikap konstruktif di tengah situasi Perang Dingin yang saling mencurigai. Kesuksesan dalam hal pembangunan ekonomi serta kebijakan politik luar negeri itulah yang akhirnya membuat negara-negara anggota Gerakan Non-Blok mempercayai Indonesia menduduki posisi terhormat sebagai Ketua GNB periode 1992-1993.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume keempat:

“Masa Depan Gerakan Non-Blok”, Juwono Sudarsono.
“Gerakan Non-Blok: Antara Cita-Cita dan Kenyataan”, Hasnan Habib.
“Gerakan Non-Blok: Relevansi dan Peran Indonesia di Masa Mendatang”, Soesiswo Soenarko.
“Gerakan Non-Blok dalam Proyeksi ke Masa Depan”, Amris Hassan.
“Gerakan Non-Blok dan Uni Soviet”, Hariyadi Wirawan.
“Pembangunan Ekonomi Meksiko dalam Agenda NAFTA”, Nur Iman Subono.
“Pengaruh Bank Dunia terhadap Deregulasi Keuangan di Indonesia.
“Politik Afganistan Pasca Najibullah”, Riza Sihbudi dan Dhurorudin M.
“Jalan Diplomasi: Pilihan Utama daloam Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia”, Zulfikar Ghazali.
“Senjata Dagang Amerika Serikat”, Book Review: Jagdish Bahagwati & Hugh T. Patrick. (eds.), Aggressive Unilateralism: America’s Trade Policy and the World Trading System, (Ann Arbor: Michigan University Press, 1990)

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume keempat adalah kosong.






           Jurnal GLOBAL volume 5 diterbitkan pada tahun 1998 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia dengan mengangkat tema besar yaitu krisis ekonomi dan reformasi ekonomi, dimana Indonesia turut menjadi 'korban' atas permainan spekulasi perdagangan mata uang negara-negara Asia Timur.
           Kejatuhan drastis nilai mata uang Baht Thailand pada kuartal akhir 1997 telah menciptakan kekhawatiran dunia internasional akan situasi perekonomian Asia Timur yang sesungguhnya. Mata uang Rupiah Indonesia pun telah rawan 'dipermainkan' di foreign currency trading market yang berbasis di Singapura, yang akhirnya membuat situasi perekonomian Indonesia berada di titik kejatuhan moneter, yang lalu diperparah dengan ketidakpercayaan masyarakat atas kepempimpinan Suharto yang telah berkuasa selama 32 tahun.
            Kehancuran performa ekonomi negara-negara Asia Timur pada 1997-1999 (terkecuali Jepang dan China) telah menimbulkan intensi kuat untuk menciptakan alur kerjasama regional yang lebih komprehensif terutama di bidang ekonomi. Pengalaman kesuksesan 'East Asian Miracle' yang didasarkan model pembangunan Jepang yaitu 'flying geese' ternyata tidak disertai pengembangan kapasitas sistem finansial dan moneter yang mapan, selain pula adanya faktor sistem ekonomi nasional yang didominasi oleh kalangan tertentu.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume kelima:

“Struktur Ekonomi Indonesia dan Sumbangannya terhadap Krisis Keuangan”, Ahmad Shauki.
“Kredibilitas dan Efektivitas Reformasi Ekonomi”, Mohhamad Ikhsan.
“APEC dan Krisis Moneter di Kawasan Asia Timur”, Lepi T. Tarmidi.
“Chaebol: Kesuksesan dan Kemunduran Ekonomi Korea”, Taufiq Tanahsaldy.
“Krisis Moneter dan Informasi Ekonomi: Masalah Dan Prospek”, Dialog Ahmad Shauki, Mohhamad Ikhsan, dan Faisal H. Basri.
Book Review: David N. Balaam dan Michael Veseth, Introduction to International Political Economy, (New Jersey: Prentice Hall, 1996)

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume kelima adalah kosong.

Tidak ada komentar: