Total Tayangan Halaman

Kamis, 29 April 2010

'Kisah Tinta' Jurnal GLOBAL pada 2000an (part 2)

           Setelah mengalami vakum akibat terjadinya krisis moneter dan krisis sosial-politik yang berkepanjangan di ibukota Jakarta pada khususnya serta Indonesia pada umumnya, akhirnya Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia dapat menerbitkan kembali Jurnal GLOBAL dengan perubahan penomoran Jurnal, dari yang hanya memakai sistem volume menjadi sistem volume dengan rincian nomor, mengingat Departemen Ilmu Hubungan Internasional telah menetapkan bahwa Jurnal GLOBAL akan menjadi jurnal 6 bulanan (bi-annual journal). Pada tahun 2000, sistem volume menjadi kembali volume 1 hanya saja penomoran dilanjutkan dari nomor sebelumnya yaitu dari Jurnal GLOBAL volume 5 menjadi Jurnal GLOBAL volume 1 no.6






         Jurnal GLOBAL volume 1 no.6 diterbitkan pada September 2000 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, dengan tema besar yang diangkat adalah Hak Asasi Manusia (HAM) atau human rights.
          Hak Asasi Manusia menjadi salahsatu problematika hubungan internasional yang semakin populer pasca Perang Dingin berakhir. Perlu diketahui bahwa, selama 1990an aktivitas pelanggaran hak asasi manusia sangat sering terjadi di negara-negara eks-komunis dan negara dunia ketiga akibat instabilitas politik dan sosial yang berubah menjadi konflik internal berkepanjangan. Sesuai dengan Dekalarasi Universal HAM milik Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1948, bahwa hak asasi manusia harus menjadi salahsatu aspek essensial dalam penentuan arah hubungan internasional, meskipun sebenarnya lebih mengandung nilai-nilai dan prinsip negara-negara Barat dibandingkan merepresentasikan nilai dan prinsip seluruh dunia.
          Amerika Serikat pada tahun 2000 yaitu menjelang akhir masa kepemimpinan Presiden Bill Clinton (1993-2001) dimana AS sangat vokal terhadap proteksi HAM dan menghimbau agar demokrasi (democracy) dan kebebasan sipil (civil freedom) diterapkan di berbagai negara berkembang. Selain AS, Eropa tentu juga memiliki posisi yang relatif sama yaitu menginissiasi berbagai negara berkembang untuk menerapkan sistem demokrasi, keterbukaan, dan apresiasi terhadap HAM, meskipun di benua Eropa sendiri punmasih ditemukan praktik-praktik pelanggaran HAM terutama di negara-negara semenanjung Balkan ataupun tindakan rasisme dan diskriminasi di negara-negara Eropa maju seperti Inggris, Perancis, dan Jerman.
           Sedangkan Asia Tenggara yang merupakan kawasan dunia berkembang yang paling disorot karena fenomena regionalismenya yang relatif sukses ternyata memiliki catatan pelanggaran HAM yang buruk akibat sistem kepemimpinan otoriter di beberapa negara (Indonesia, Malaysia, dan negara CLMV) ataupun karena konflik skala lokal dan nasional yang belum terselesaikan (konflik separatisme Aceh dan Papua di Indonesia ataupun konflik Mindanao di Filipina serta konflik Pattani di Thailand).

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume 1 no.6:

Perspectives on International Humann Rights Law and Traditionalism”, Rita Maran.
We Are the World: The United States and Human Rights”, Charles P. Henry.
“HAM di Eropa”, Evi Fitriani.
“Hak Asasi Manusia dalam Kebijakan Luar Negeri China”, Ani Soetjipto.
“ASEAN dalam Masalah Hak Asasi Manusia”, Anna R. Juliastuti.
“Hak-Hak buruh dan Liberalisasi Perdagangan”, Makmur Keliat.
“Isu Kekerasan terhadap Perempuan dalam Agenda Hak Asasi Manusia Internasional”, Wiwiek Setyawati.
“Etika Perang dan Resolusi Konflik”, Andi Widjajanto.


* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume 1 no.6 adalah kosong.




 


Jurnal GLOBAL volume 1 no.7 diterbitkan pada Februari 2001 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, dengan mengangkat tema besar yaitu Refleksi atas Krisis Ekonomi Asia Timur 1998-2000.
        Krisis ekonomi Asia Timur di akhir 1990an merupakan salahsatu momentum yang wajib menjadi pelajaran berharga untuk setiap negara Asia Timur yang mengalami kehancuran ekonomi, perbaikan tidak saja hanya dilakukan di tataran praktik ekonomi namun juga pada tingkat sosial dan politik yang lebih baik. 
Indonesia dan Korea Selatan adlah 2 negara yang memiliki kemiripan struktur ekonomi nasional dimana para konglomerat (untuk Korea: chaebol) melalui induk perusahaan (holding company) menguasai perekonomian nasional secara dominan dan menimbulkan volatilitas tersendiri bagi pembangunan ekonomi kedua negara ini.
         Krisis ekonomi yang melanda negara-negara Asia Timur sebenarnya memiliki dampak dan manifestasi yang berbeda-beda di setiap negara, misalnya di Indonesia disertai reformasi politik yang massif sedangkan di Korea Selatan atau bahkan Malaysia tidak terjadi reformasi politik yang berarti.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume 1 no. 7:

Utang Luar Negeri: Mengayuh di Antara Kebutuhan Dana Bagi Pemulihan Ekonomi dan Beban Pembayaran Cicilan dan Bunga “, Faisal H. Basri & Dendi Ramdani.
“Dinamika Keamanan Pasca-Orde Baru”, Andi Widjajanto.
Phillippine Economic Policy and the 1997 Asian Financial Crisis”, Jalton G. Taguibao.
“Kebijakan Pembaruan Ekonomi Korea Selatan dalam Mengatasi Krisis: Restrukturisasi Bidang Finansial dan Korporasi”, Taufiq Tanahsaldy.
“Bank Dunia, Indonesia dan Politik Lingkungan Global (Mencermati Agenda Pembangunan Berkelanjutan)”, Nurul Isnaeni.
Asian Monetary Fund: Friend or Foe”, Rio Budi Rahmanto.
“Membela Dwi Fungsi ABRI?”, Makmur Keliat. Book Review: Bilveer Singh, Civil-Military Relations Revisited, The Future of Indonesia Armed Forces (ABRI) in Indonesian Politics, (Singapore: Crescent Design Associates, 1999)

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume 1 no.7 adalah kosong


Setelah 1 tahun setengah vakum kembali akibat satu dan lain hal yang masih belum terselesaikan, pada November 2002, Jurnal GLOBAL yang diterbitkan oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia melakukan revisi penomoran jurnal yakni menjadi kembali kepada volume 5 no.1.




 

Jurnal GLOBAL volume 5 no.1 diterbitkan pada November 2002 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, dengan tema besar yaitu Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development).
      Seperti halnya isu hak asasi manusia, isu pembangunan berkelanjutan pun mulai merebak pasca berakhirnya Perang Dingin, dimana pada 1992 digelar Earth Summit yang diselenggarakan oleh Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) PBB di Rio de Janeiro, Brazil. Pembangunan Berkelanjutan menjadi suatu kesepakatan global untuk menciptakan alur pembangunan dunia yang lebih tekelola secara baik.
Pada faktanya, sustainable development masih menjadi perdebatan sengit antara negara maju dengan negara berkembang, negara maju menyalahkan pola pembangunan negara berkembang yang tidak teratur dan tidak memperhatikan aspek sosial, budaya, dan lingkungan, sementara itu negara berkembang berargumen bahwa pembangunan dan industrialisasi adalah suatu hak yang dimiliki seperti layaknya negara-negara maju pada masa 1800-1900an.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume 5 no.1:

“Pembangunan Berkelanjutan di Tengah Globalisasi: Adakah Harapan?”, Hira Jhamtani.
“Pembangunan Berkelanjutan dan Peran Masyarakat Sipil”, Riza Primahendara.
North-South Relations in Donducting the Concept of Sustainable-Development”, Yin Shao Loong.
“Pengalihan Utang: Solusi atas Beban Utang Luar Negeri Indonesia?”, Gita Loka Murti.
“Pembangunan Berkelanjutan dan Peran Strategis Kelompok Bisnis-Industri”, Nurul Isnaeni.
“World Summit on Sustainable Development: Jawaban atas Permasalahan Dunia? Perspektif Indonesia”, Makarim Wibisono.
“Aktivitas Drug Trafficking sebagai Isu Keamanan yang Mengancam Stabilitas Negara”, Fredy B.L. Tobing.
“Membangun harus Membebaskan”, Ardian Alhadath, Dipo D. Siahaan, dan Silva Ayunita. Book Review: Amartya Sen, Development as Freedom, (New York Anchor Books, 1999)

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume 5 no.1 adalah kosong.




 

Jurnal GLOBAL volume 5 no.2 yang diterbitkan pada Mei 2003 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, dengan tema besar yaitu Terorisme, terkait masalah maraknya tragedi pengeboman di Jakata pada tahun 2002-2003.
        Isu terrorisme  sebenarnya bukanlah isu baru karena pada masa Perang Dingin pun, aksi terorisme sudah sering terjadi. Hanya saja, kini isu terorisme semakin dikaitkan dengan hak asasi manusia, multikulturalisme, dan dialog antar peradaban, bahkan semakin menonjol akibat terjadinya tragedi runtuhnya World Trade Center di New York, 11 september 2001 (9/11 Tragedy).
        Terorisme masa kini adalah suatu aksi yang telah terorganisasi dengan sistematis dan memiliki jaringan internasional sehingga setiap negara harus bersiap untuk menghadapi manuver 'kekerasan yang tidak resmi' (unofficial oppression) ini. Terorisme dipandang oleh para pakar internasional sebagai manifestasi dari prinsip anti-globalisasi yang identik dengan westernisasi. Kalangan negara-negara Islam menjadi sasaran utama dari kebijakan anti-terorisme global yang diprakarsai oleh AS melalui Presiden George W. Bush, oleh sebab itu Indonesia pun tidak dilupakan oleh AS sebagai mitra utama bagi kerjasama anti-terorisme global.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume 5 no.2:

“Dialog Antarbudaya Sebagai jawaban dan Persoalan-persoalan yang Menghadangnya”, Ade Armando.
“Sebuah Dialog untuk Mengakhiri Rantai Kekerasan: Cara Pandang Baru tentang Terorisme”, Avyanthi Azis dan Christian Harijanto.
“Isu Terorisme dan Human Security: Implikasi terhadap Studi dan Kebijakan Keamanan”, Philips Jusario Vermonte.
Global Terror: A Threat of Globalized Dimension”, Andi Widjajanto dan Irene A. Kuntjoro.
“Terorisme dan Teori Konspirasi: Tinjauan terhadap Peran PBB”, Irene Hadiprayitno.
“Kebijakan Negara-negara ASEAN dalam Mengantisipasi Perluasan Jaringan Terorisme Internasional di Kawasan Asia Tenggara”, Nurani Chandrawati.
“Politik Luar Negeri Indonesia: Menjaga Keseimbangan antara Demokrasi dan Keharusan Memerangi Terorisme Global”, Bantarto Bandoro.
“Meninjau Kembali Terorisme”, Dipo D. Siahaan dan M. Reza Maulana. Book Review: Benyamin Netanyahu, Fighting Terrorism, (New York: Farrar, Strauss and Giroux, 2001), xxv, 152 hlm. Dan Noam Chomsky, 9-11, (New York: Seven Stories Press, 2002), 140 hlm.

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume 5 no.2 adalah sangat terbatas (kurang dari 20)




 


        Jurnal GLOBAL volume 6 no.1 yang diterbitkan pada November 2003 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, memiliki tema besar yaitu Indonesia pasca-IMF, dimana sejak 1998 hingga 2002, Indonesia berada di bawah kebijakan pengawasan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam upaya memulihkan perekonomian makro Indonesia pasca krisis ekonomi Asia Timur.
        Indonesia adalah negara yang mengalami pemulihan ekonomi paling lama dibandingkan negara Asia Timur lainnya seperti Thailand ataupun Korea Selatan yang hanya berkisar 2 tahun, meskipun sama-sama berada dibawah koordinasi IMF. Sebenarnya negara-negara berkembang telah mampu mencium apa yang akan terjadi jika negaranya berada di bawah pengawasan IMF yaitu harus menerapkan agenda-agenda liberalisasi multi-sektoral dan meminimalisasikan peran negara dalam perekonomian nasional. Indonesia di bawah kepemimpinan Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati ternyata memang belum mampu menyusun kebijakan ekonomi yang independen dan otonom dari intervensi asing terlihat dari tingkat privatisasi BUMN yang sangat intensif. Meskipun begitu, Indonesia pasca krisis ekonomi memang tidak memiliki cadangan devisa dan tabungan nasional yang cukup untuk mendirikan pilar-pilar pemulihan ekonominya secara mandiri.

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume 6 no.1:

“IMF dan Krisis Ekonomi di Asia”, Kadek Dian Sutrisna Artha.
The IMF ‘s Track Record in Indonesia”, Kurnya Roesad.
“Indonesia Pasca-IMF”, Ari A. Perdana.
“Dinamika Hubungan WTO-MEAs”, Rio Syahrial Jaslim.
“Komitmen Jepang dalam Membantu Indonesia Mengatasi Krisis Ekonomi 1997-2000”, Syamsul Hadi, dkk.
Restrictions Under International Law to Build Up Military Defence Capability”, Hikmahanto Juwana.
“Membedah Institusi Pengatur Globalisasi Ekonomi”, Hira P. Jhamtani. Book Review: Joseph E. Stiglitz, Globalization and its Discontents, (Allen Lane, Penguin Press, 2002), XXII + 282 halaman, termasuk indeks.

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume 6 no.1 adalah sangat terbatas (kurang dari 20)




 


Jurnal GLOBAL volume 6 no.2 yang diterbitkan pada Mei 2004 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, memiliki tema besar yaitu Kedaulatan Negara dan Globalisasi (State Sovereignty and Globalization).
        Proses globalisasi yang telah memaksa negara tidak lagi dapat meng-exert kedaulatannya secara penuh seperti yang diatur dalam sistem tradisional seperti Westphalian state system menjadi debat yang sangat sengit. Negara maju dinilai sangat diuntungkan dengan adanya globalisasi karena dengan itulah pengaruhnya dapat diperluas baik secara damai, intervensi, atau bahkan agresi seperti yang dilakukan oleh AS terhadap Afghanistan pada 2001 dan Irak pada 2003. Sedangkan negara berkembang sendiri mengklaim bahwa kedaulatan nasional yang dimilikinya masihlah baru dan justru merupakan satu-satunya 'senjata pertahanan' dihadapan pengaruh kuat negara-negara maju.
        Proses globalisasi pun telah mendorong peningkatan kerjasama antar negara, baik secara kuantitas maupun kualitas, yang pada faktanya membuktikan bahwa jumlah kesepakatan dan perjanjian internasional pasca Perang Dingin berakhir mencapai berpuluh-puluh kali lipat daripada sebelumnya. Adalah wajar jika kesepakatan dan perjanjian internasional memiliki dampak pengurangan kedaulatan negara dengan respons yang berbeda-beda di setiap negara 

Berikut adalah rincian Jurnal GLOBAL volume 6 no.2:

“Kedaulatan, Teritorialitas, dan Keamanan Pasca-Westphalia”, Kusnanto Anggoro.
“Kedaulatan Negara vs Tanggung Jawab Negara dalam Upaya Perlindungan Lingkungan Global”, Nurul Isnaeni.
“Kedaulatan Populer di Tengah Kedaulatan Negara, Yurisdiksi Domestik, dan Intervensi”, a. Patra M. Zen.
“Ekonomi Politik Rekonstruksi Irak”, Riza Sihbudi.
“CITES dan Kerja Sama Internasional Penanganan Perdagangan Satwa Liar”, Rio S. Jaslim.
“Tantangan dalam Perluasan Uni Eropa ke Negara-negara Eropa Tengah dan Timur”, Nurani Chandrawati.
“Paradoks Pasar Bebas dan Demokrasi dalm Bingkai Keresahan Etnis”, Anissa E. Budiyani. Book Review: Amy Chua, World on Fire: How Exporting Free Market Democracy Breeds Hatred and Global Instability, (London: Arrow Books, 2004), X + 346 hlm, termasuk indeks.

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume 6 no.2 adalah 232 eskemplar


 

Jurnal GLOBAL volume 7 no.1 yang diterbitkan pada November 2004 oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, mempunyai tema besar yaitu 'Tantangan bagi Pemerintah Baru yang Terpilih', mengingat pada saat itu, Indonesia telah melangsungkan Pemilihan Presiden pertama secara langsung dan hasilnya yaitu pasangan kandidat Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla (SBY-JK) memenangi Pemilu Indonesia 2004.
         Indonesia adalah negara dengan wilayah geo-territorial yang besar dan strategis dimana berbatasan pula dengan 11 negara tetangganya. Selain faktor alami itu, Indonesia pun merupakan negara yang memiliki potensi untuk pengaruh besar dalam Asia Tenggara dan dunia internasional baik secara politik, ekonomi, dan mungkin militer di masa mendatang. Oleh sebab itu, pemerintah yang baru terpilih harus mampu menyesuaikan dengan permasalahan-permasalahan antara Indonesia dengan negara lainnya secara komprehensif dan kontinu. Isu tenaga kerja Indonesia (TKI), kedaulatan maritim, dan politik luar negeri merupakan bagian kecil dari permasalahan Indonesia yang berurgensi tinggi untuk segera mencapai solusi sehingga pada akhirnya berkontribusi bagi pembangunan Indonesia kontemporer secara luas.

Beirkut  adalah rincian Jurnal GLOBAL volume 7 no.1: 

  “Dual-Track Diplomacy Government-NGO: Solusi Alternatif dalam Masalah Perlindungan TKI di Malaysia”, Amalia Sustikarini.
“Privatisasi Air di Indonesia: Saran Pelaksanaan dengan berkaca dari Pengalaman Negara Lain”, Vidia Arianti.
“Sekuritisasi isu Maritim: Koordinasi Nasional dan Kerangka Kerja Sama Keamanan Maritim Regional di Asia Tenggara”, Anak Agung Banyu Perwita.
“Usulan Agenda WTO Pemerintahan Baru”, Hira P. Jhamtani.
“ASEM:Instrumen Diplomasi, Integrasi Regional, dan Pembentukan Rejim”, Leonard Hutabarat.
“Politik Luar Negeri Indonesia: Berpacu antara Kompromi dan Melepaskan Diri dari Realitas ‘Weak State’”, Zainuddin Djafar.
“Menelaah Konsep Human Security:Studi Kasus Penanganan Masalah Pengungsi Afganistan di Australia (1999-2002)”, Avyanthi Azis. Laporan Penelitian.

* keterangan: persediaan (stock) Jurnal GLOBAL volume 7 no.1 adalah 95 eksemplar

Tidak ada komentar: